Semenjak 1998 awal dakwah hamba di Indonesia sepulang dari yaman, beliau (hamba memanggilnya bang Pii, dan memberinya nama Muhamad Ruhiy) telah mulai mendampingi hamba, dan tidak mau pisah dengan hamba, walau diizinkan pulang pada anak istrinya, ia tetap lebih memilih bersama hamba, sampai kami dapat kendaraan sendiri, ia berdakwah tanpa mengharapkan upah, kalau ditanyai ia berkata “Saya ikut habibana karena asyik dan senang saja, tidak mengharapkan upah” maka kami berdakwah memacu tubuh, kami sering bermalam malam tidak tidur, bahkan berhari hari siang malam tidak tidur, dan ia tidak pernah berkhianat pada hamba atau memperolok hamba, padahal usianya 4 atau 5 tahun diatas hamba,
mulai ujungkulon banten, pandeglang, melintasi Jakarta menuju cianjur, bandung, majalengka, subang, hingga berlanjut ke jawa tengah wilayah slawi, lalu mengarah ke jalur tengah yaitu purwokerto, lalu melanjutkan dengan jalur selatan, wonosobo, pegunungan Dieng, Jogjakarta, sukoarjo solo, lalu mengarah ke pantura, semarang, demak, kudus, berlanjut ke jawa timur melalui Surabaya, bergabung dengan KH Sa'dullah mengelililngi puluhan wilayah di jawa timur, diantaranya tretes, malang selatan, sidoarjo, pujon, mojosari, mojokerto, blitar, dan banyak wilayah dakwah KH Sa’dullah lalu meneruskan ke probolinggo, lalu tanggul, lalu banyuwangi, hingga menyeberang ke Bali, di wilayah Negara, karang asem, klungkung, denpasar, lalu menyeberang ke mataram, lalu kembali ke Jakarta.
Itu kami lakukan dalam 2 minggu pada setiap bulannya, sisa dua minggu adalah untuk dua hari di singapura, lalu melintas ke johor, lalu melintas ke Kualalumpur, lalu kembali ke Jakarta, dan bisa sampai 8 majelis dalam sehari, hal itu berjalan hingga 2002, kondisi hamba mulai drop, dan tak lama terkena tulang tempurung di kedua lutut yang melembek sebab terlalu banyak diberi obat asma diruang ICU RS……..). lalu hamba dirujuk ke Cipto, lalu meneruskan pengobatan hingga 6 bulan terus di kursi roda, kemudian sembuh, jangka beberapa waktu kemudian stroke menimpa, namun kondisi hamba mulai membaik namun semakin lemah dan terus opname beberapa hari hampir setiap bulannya, dan beliau tidak mengeluhkan sakit apapun kecuali masuk angin, sampai hamba terkena stroke yang kedua pada 2003, kemudian Allah beri kepulihan dan perlahan lahan meneruskan dakwah,
Kini jamaah Majelis Rasulullah saw sudah jutaan jumlahnya, dan saudara seperjuanganku tidak pernah mau pisah denganku.
Suatu waktu hamba bertanya, apa cita citamu yang kau dambakan didunia ini?, beliau berkata: “Saya ingin kaya raya Yaa habibana”
Hamba bertanya lagi: Insya Allah kamu akan kaya raya tapi saya sudah wafat, kamu dan keluargamu akan kaya raya…maka beliau menjawab: Tidak ya habibana, percuma kaya raya kalau tidak ada habibana, saya tidak mau kaya raya tanpa habibana
Lalu hamba menggodanya lagi: Lalu kalau bukan kaya raya, mau apa kamu hidup di dunia ini dan apa cita citamu?
Beliau menjawab: Tidak ada cita cita ya habibana, saya hidup bersama habibana saja, itu cita cita saya
Muhammad Ruhiy beberapa minggu yang lalu terkena gagal ginjal, dan terpaksa cuci darah, karena penyakitnya sama dengan salah satu penyakit yg dalam 3 tahun terakhir ini diidap hamba, yaitu sakit kepala bagian belakang, mungkin dari cintanya Muhammad Ruhiy pada hamba, beliau berdoa minta penyakit hamba dipindahkan pada beliau, sebab itu beliau sering pusing pula tanpa sebab, dan jika sakit pusing hamba kambuh, pasti disaat yang sama Muhammad Ruhiy pun demikian,
seringkali ketika sakit kepala hamba kambuh, dalam waktu yang sama beliau sms pada hamba minta ijin mau ngurut atau ke sinsei atau kemana karena pusingnya kambuh, padahal hamba dikamar, dan beliau tidak tahu menahu hamba kambuh juga,
seringkali saat hamba kambuh kebetulan sedang dimobil, maka hamba tanya beliau, "Bang, gimana kabar pusingmu?", pii menjawab: Iya habibana, pusing ana lagi kambuh.., hamba menjawab: kamu koq mau nyamain ana melulu kalo ana sakit..? (sambil canda).
Ia pernah juga mengidap sakit liver, sebabnya hanya sebab hamba berhenti seluruh dakwah dan majelis, dan tidak ada kendaraan, maka beliau pulang dan kami berpisah, hampir kira kira 1 tahun, maka ia terkena liver yang parah, karena terus menangis sedih berpisah dengan hamba,
lalu hamba katakan, "Kita akan bangkit dan dakwah lagi, dan mudah mudahan mati bersama bang, karena sudah berjuang selalu bersama, atau jika beda waktu kematian kita hanya beda beberapa hari, lalu jumpa dan bersama lagi di barzakh, karena engkau ana beri nama Muhammad Ruhku, ruh kita tidak bisa lama berpisah….!”
Hamba ingin mengajaknya ikut berobat dengan prof yang menangani sakit kepala hamba agar sakit kepalanya pun sama sama diobati, namun beliau menolak, tentunya tidak ingin memberatkan biayanya pada hamba, dan meremehkan sakitnya. Maka kurang lebih beberapa minggu yang lalu ia pamit untuk istirahat dua atau tiga hari, hamba izinkan seminggu istirahat, jika masih perlu atau mau istirahat tidak apa apa, ia pun pulang, dan lama tak kembali, sampai hamba dengar ia dirawat di RS Budi Asih,
lalu belum sempat dijenguk ia telah pulang, lalu kedua kalinya ia opname lagi dan masuk ruang ICU 2 hari,
rupanya beberapa hari yang lalu Muhammad Ruhiy sudah terkena cuci darah, dan menurut ilmu kedokteran: "CUCI DARAH BERARTI HANYA TERUS CUCI DARAH MENUNGGU WAKTU WAFATNYA SAJA, KECUALI CANGKOK GINJAL, KINI BANYAK YANG BERHASIL"
hamba dalam kendala, mau lakukan cangkok ginjal biayanya kisaran 500 jutaan, itupun belum 100% berhasil, ada yang gagal dan wafat.
hamba terus memantau keadaan bang pii/Muhammad Ruhiy yang sudah tidak sadarkan diri diruang ICU RS Budi Asih, hamba sangat berat dan merasa belum rela melepasnya, karena ia di salah satu posisi inti dan sangat terpercaya dan sangat hamba cintai, kabar disampaikan pada Guru Mulia,
bahwa sopir hamba dan sekaligus sudah menjadi teman, usianya 4-5 tahun diatas hamba, ia 14 tahun mengabdikan diri pada hamba dalam dakwah, kami susah dan senang bersama, maka Guru Mulia mengatakan “Jika ia wafat maka Sa’aadatulkubra, Syahaadah, dan pahala dakwah yang berlimpah (hampir 14 tahun mendampingi hamba selalu), namun aku masih akan membacakan doa kesembuhan baginya”.
“Jika sampai besok fajar (jumat 1 mei 2012) masih belum ada perubahan, boleh cabut seluruh alat bantunya diruang ICU dan keluar dari ruang ICU” hamba berharap 1 dari 3 hal.
1. Beliau sembuh dengan kekuatan dan kewibawaan nama Allah.
2. Mencari pinjaman dana 500 jutaan untuk operasi cangkok ginjal.
3. Jika tidak bisa juga, maka Allah swt mengistirahatkannya saja di alam barzakh, daripada terus tersiksa dengan sakitnya yang membuatnya semakin tersiksa pula perasaannya karena tidak bisa lagi bersama hamba, namun poin ketiga ini sungguh sangat berat bagi hamba.
Jumat siang 11 Rajab 1433H / 1 Juni 2012 tepat selesai waktu bubaran shalat jumat, hamba diruang istirahat masih dalam kondisi drop dan sangat lemah, dan berusaha terus memantau keadaannya, hamba menelpon kakaknya (Bang Ipul), maka bang Ipul tidak jelas suaranya karena ramai suara yang mengaji, beliau sudah dirumah adiknya, tidak lagi bergerak, kecuali nafas bantuan namun denyut nadi masih terus berjalan walau sudah dicabut seluruh alat dan keluar dari ICU, namun ketika hamba menelepon terdengar jeritan jeritan orang seperti kaget, karena kaki kanannya bergerak kemudian berakhir dengan tangan kanannya terangkat sebelah, lalu menghembuskan nafas yang terakhir. (teringat wafatnya Rasul saw sebagaimana riwayat shahih Bukhari, Rasul saw terangkat tangan kanannya dan menghembuskan nafas yang terakhir).
Hamba keluar memaksakan diri untuk melayat jenazah, sesampai disana dikatakan beliau terus menyebut nyebut dan bertanya kabar hamba saat sebelum koma, karena hamba belum menjenguknya karena hamba pun sedang sangat lemah dan sakit, namun rupanya ajal sudah menjelangnya,
Allah mengizinkannya menanti saat termulia yaitu hari jumat, karena teriwayatkan yang wafat hari jumat adalah tergolong syahid diakhirat, ia tidak ditanya mungkar nakir, ia tidak dihisab, juga berpadu beliau ini sakit yang menyebabkan kematiannya adalah gagal ginjal, Rasul saw bersabda pada shahih Bukhari bahwa salah satu golongan syahid adalah yang wafat sebab penyakit diperutnya”. Maka mereka bebas dari segala masalah sakratulmaut, siksa kubur, hisab, neraka, mereka di sorga Allah swt,
namun Muhammad Ruhiy tampaknya tetap ingin menanti bertemu hamba sebelum wafat, maka ketika suara hamba terdengar di hp, tubuhnya bergerak, dengan sebelah kaki dan tangan terangkat, lalu menghembuskan nafas yang terakhir..
Majelis Rasulullah saw sudah menjuta jamaahnya, kau berpadu dipahala setiap tetes airmata mereka, setiap sujud mereka, bagimu kesaksian guruku, sa’adatulkubra, syahadah, wal ajr fiddakwah.. (sa’adah adalah sebutan Rasul saw bagi orang yang selamat dari neraka yaitu mereka yang bahagia dengan abadi penduduk sorga, maka ini disebutkan sa’adatulkubra, yaitu kebahagiaan yang abadi yang sangat agung,
lalu guru mulia menyebut juga bagi beliau syahadah, yaitu mati syahid, tentunya berlandaskan dalil yang hamba paparkan, maka beliau ini bebas pula dari pertanyaan kubur, dan dihari kiamat akan masuk sorga tanpa hisab, lalu Guru mulia menyebut pula: Wal ajr fidda'wah , yaitu: dan pahala atas dakwah yang besar)
Malam jumat sebelum kewafatan beliau, Salah seorang jamaah majelis mengirim sms, "Guruku….ampuni hamba,
Lepas sahur dan sholat shubuh hamba wirid pagi tadi lalu hamba tertidur dan bermimpi lewat satu istana yang indah & megah dan belum pernah terlintas di fikiran ini akan keindahannya, sangat indah, megah ada pohon yang tumbuh mutiara dan emas yang indah, istananya putih bercahaya,
hamba dekati pintu depan nya dan ada bang pi’I (Muhammad Ruhiy) keluar dari pintu istana itu, lalu hamba terpukau dengan wajah indah bang pi’i yang indah bersih dan bercahaya, lalu beliau tersenyum dan bertanya pada saya, mau kemana ??,
hamba jawab, mau ke majelis bang pi’i,…bang pi’I ngga ke majelis??? tanya hamba lanjut dengan hati yang masih bingung dengan istana yang indah itu,,
lalu beliau tersenyum dan berkata: ngga' (malam itu sayapun tidak ke majelis), titip salam buat yang lain yah, …banyak yang beliau katakan tapi hamba lupa, ketika mau beranjak pergi meninggalkan istana dan bang pi’i yang berada di depan gerbang pintunya,
hamba bertanya lagi, bang pi’i afwan, ini istana punya bang pi’i?? lalu beliau menjawab: iya …Alhamdulillah,…
spontan hamba berkata kepada beliau kok bisa bang pii beli istana ini??, dengan senyum yang sangat indah beliau berkata “INI HASIL DARI PENGABDIAN ANA PADA HABIBANA, ini yang ana dapat dan lebih lagi..!, lalu hamba terdiam dan pamit pada bang bii, dari kejauhan beliau masih memandang hamba dan tersenyum…..
dalam hati hamba berkata “Subhanallah betapa baiknya habibana memberikan itu semua…masih bingung dan tidak percaya hamba terbangung jam setengah 11 bangun tidur wudhu lalu dhuha dan tengok HP ada sms dari seorang teman majelis, minta doanya bang pii yang sedang kritis ..
Yaa Allah….tumpah ruah air mata ini…baru saja hamba jenguk di RS dan bertanya pada istrinya, bang pii tidak sadarkan diri dari kapan??lalu istrinya bilang dari semalam masuk RS sudah tidak sadar.
Wajahnya putih bersinar dan sangat tampan padahal belum dimandikan.., selamat jalan saudaraku tercinta yg paling setia..”
(Munzir Almusawa) Terakhir Diperbaharui ( Friday, 01 June 2012 )
From : "MAJELIS RASULULLAH SAW"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar