Al
Allamah Arifbillah Assayyid Thohir Alauddin Al Jailani Al Hasani adalah
seorang ulama Qadariyyah yang menjadi juru kunci makam datuknya,
Sulthan Aulya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau lahir di Baghdad
tanggal 18 Juni 1932 M. Beliau merupakan keturunan ke-17 dari Sulthan
Aulya, dan keturunan ke-28 dari Rasulullah SAW. Ayahnya adalah juru
kunci makam Sulthan Aulya sebelumnya. Begitu juga dengan kakeknya,
semasa hidupnya beliau manjadi juru kunci makam, sekaligus menjadi
Perdana Menteri Iraq selama dua tahun setelah kekuasaan Khalifah
Utsmaniyyah berakhir.
Nasabnya
beliau adalah, Sayyid Thohir Alauddin Al Jailani bin Mahmud Hisamuddin
bin Abdurrahman bin Ali bin Musthafa bin Sulaiman bin Zainuddin bin
Muhammad bin Hisamuddin bin Nuruddin bin Waliyuddin bin Zainuddin bin
Syarafuddin bin Syamsuddin bin Muhammad Al
Hattaki bin Abdul Aziz bin Sulthan Aulya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
bin Abu Shalih Musa bin Janki Dausat bin Yahya Azzahid bin Muhammad bin
Daud bin Musa Al Juni bin Abdullah Al Mahdi bin Hasan Al Mutsana bin
Hasan bin Ali bin Abu Thalib yang menikah dengan Fathimah Azzahrah binti
Rasulullah SAW.
Sayyid
Thohir Alauddin mulai belajar ilmu agama kepada ayahnya, Sayyid Mahmud
Hisamuddin Al Jailani, kemudian kepada seorang guru di Masjid Sultan
Ali. Setelah itu melanjutkan ke Madrasah Darul Nizami dibawah bimbingan
Syaikh Al Mullah Asad Affandi (Mufti wilayah Qasim, Iraq) dan Syaikh
Kholil Al Baghdadi. Setelah lama belajar di Baghdad, pada tahun 1956 M,
beliau hijrah menuju Pakistan dan menetap di Quetta hingga wafat.
Kepindahan beliau dari Baghdad (Iraq) ke Pakistan bukan tanpa sebab,
akan tetapi isyarah dari datuknya, Sulthan Aulya Syaikh Abdul Qadir Al
Jailani yang menyiratkan akan terjadinya sesuatu di Baghdad, dan benar,
pada masa akhir hayat beliau terjadi perang di Baghdad.
Akhlak
dan kepribadian Sayyid Thohir Alauddin ini begitu memukau dan mulia,
sehingga banyak diantara para penguasa negeri Islam kala itu meminta
beliau untuk menjadi menantunya. Diantara semua permintaan itu, beliau
memilih Putri Sardar Yaar Khan Ahmad dari wilayah Kalat sebagai
istrinya. Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai enam anak, tiga
laki-laki dan tiga perempuan. Diantara anak-anak laki-laki beliau adalah
Sayyid Muhyiddin Mahmud (beliau mempunyai empat anak, Sayyid Thohir
Hisamuddin, Sayyid Abdurrahman, Sayyid Saifuddin dan Sayyid Ahmad
Nuruddin), Sayyid Jamaluddin Abdul Qadir (beliau mempunya satu anak,
Sayyid Yahya Syamsuddin yang sempat menjadi Menteri Majelis Nasional
Iraq) dan Sayyid Zainuddin Muhammad (beliau memiliki satu anak, Sayyid
Thohir Alauddin)
Menjelang
akhir hayatnya, Sayyid Thohir Alauddin menderita sakit parah hingga
dirujuk ke Jerman oleh murid-muridnya. Beliau wafat disana pada hari
Jum’at, tanggal 23 Dzulhijjah 1411 H (7 Juni 1991 M). Rencananya beliau
akan dimakamkan di Baghdad, namun karena situasi di Baghdad dan Iraq
umumnya sedang berlangsung peperangan, maka beliau dimakamkan di Lahore,
Pakistan. Saking banyaknya pelayat yang datang, pemakaman selesai pukul
03.00 pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar