Benyamin Sueb. Ya, pastinya Anda kenal bukan dengan seniman asli Betawi ini? Kalau kita ingat-ingat ternyata Bang Ben begitu ia disapa tak terasa sudah 13 tahun meninggalkan kita. Bang Ben lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Beliau wafat diusia 56 tahun usai bermain sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Ia memang sosok legendaris dan menjadi panutan. Lihat saja, kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Sekedar mengingatkan, sudah lebih dari 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi. Bang Ben juga seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi dan menjadikan budaya Betawi dikenal luas hingga seantero dunia. Nah, mau tahu ceritanya asal muasal Bang Ben terjun di dunia musik hingga terkenal? Hal itu diawali dengan bergabungnya Bang Ben dengan satu Grup Naga Mustika yang berdomisili di wilayah Cengkareng. Namun tak hanya Bang Ben di grup tersebut. Kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin. Nah, saat itu duet Benyamin dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada dekade itu. Kompor Mleduk, Tukang Garem, Bang Puase, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran. Tapi, ketika Ida Royani pergi ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya. Lalu, ia menggandeng Inneke Kusumawati dan berhasil merilis beberapa album, seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Palayan Toko. Kemudian, setelah popular di dunia musik, Bang Ben mendapatkan tawaran bermain film. Kesempatan itu tak ia sia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Baiduri serta Si Doel Anak Modern (1977) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenaran putra asli Betawi ini. Masa Kecil Sepertinya tak sedap jika kita tak menengok perjalanan masa kecil Bang Ben. Ia saat kecil sudah merasakan getirnya roda kehidupan. Anak bungsu dari delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah ini kehilangan bapaknya sejak umur dua tahun. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, Bang Ben sejak umur tiga tahun sudah diijinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya. Ternyata bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek. Dari dua engkong Benyamin yaitu Saiti (peniup klarinet) dan Haji Ung (pemain Dulmuluk) sebuah teater rakyat menurunkan darah seni tersebut. Haji Ung (Jiung) merupakan pemain teater rakyat di zaman kolonial Belanda. Pada masa kecil bersama 7 kakaknya, Bang Ben sempat membuat orkes kaleng. Bang Ben dan saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan 'alat musik' itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu. Ke tujuh saudara kandungnya antara lain, Rohani (kakak pertama), Moh Noer (kedua), Otto Suprapto (ketiga), Siti Rohaya (keempat), Moenadji (kelima), Ruslan (keenam), dan Saidi (ketujuh). Mengenyam Bangku Sekolahan Bang Ben menapak pendidikan diawali di Sekolah Dasar Bendungan Jago, Jakarta Pusat sejak umur 7 tahun. Kemudian, SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung. SMP di Jakarta Taman Madya Cikini. Setelah lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Lalu sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, namun tidak diselesaikannya. Kemudian, Bang Ben pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, namun lagi-lagi gagal lantaran dilarang ibunya. Pada akhirnya ia menjadi pedagang roti dorong. Tahun 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bis PPD dan diterima. sebagai kenek, dengan trayek Lapangan Banteng-Pasar Rumput. Bang Ben juga pernah menimba ilmu dan bekerja di antaranya, Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969). Keluarga Bang Ben menikah dua kali. Yang pertama dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama). Hj. Nonnie memberinya lima anak: Beib Habbani, Bob Benito, Biem Triani, Beno Rahmat dan Beni Pandawa. Dan, anak dari isteri kedua Alfiah, adalah: Bayi Nurhayati, Billy Sabila, Bianca Belladina dan Belinda Syahadati. Lalu di akhir hayatnya, Bang Ben masih eksis di dunia hiburan. Selain main sinetron, film televisi seperti Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan, Bang Ben juga merilis album terakhirnya dengan Grup Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution dengan lagu Biang Kerok dan Dingin-dingin. Begitulah sekelumit riwayat perjalanan hidup seorang seniman Betawi yang me-legenda. Namun, ketika kita melihat ke depan, apakah perjalanan hidup yang beliau jalani dari kesulitan ekonomi hingga sukses di dunianya yang tetap konsisten dapat dicontoh oleh generasi muda saat ini? Itu semua tergantung kepada Anda.(Bm/Berita8.com) |
Senin, 07 Mei 2012
Mengenang 13 Tahun Bang Ben Wafat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar