Banyak
dari anggota keluarganya yang menjadi ulama. Dari kecil, ia berguru
pada ulama-ulama ternama di negerinya. Umar kecil mendapat dari paling
tidak 70 ulama ulung di jazirah Arab. Hampir seluruh ulama di Hadramaut
pun dikunjunginya untuk ditmba ilmunya. Di antara para gurunya yang
sangat terkenal adalah Syekh Abubakar bin Abdullah Alkhatib, Abdur Rahim
bin Abdullah bin Salim Alkhatib, Habib Abdur Rahman bin Ubaidillah
Assegaf, Habib Alwi bin Abdur Rahman Alseri dan masih banyak lagi. Akan
tetapi yang sangat diingati olehnya adalah Habib Abdullah bin Idrus bin
Alwi Al Idrus. Ketika masih kecil, Syekh Umar sudah menunjukkan
kemampuan dan kecerdasan dalam mempelajari ilmu syariat Islam.
Dia
misalnya, telah sanggup menghapal Alquran ketika berumur 9 tahun dan
berprestasi tinggi di sekolah hampir dalam semua mata pelajaran. Tak
hanya itu. Dia juga dikenal mahir serta cepat menguasai ilmu bahasa Arab
dan cabang-cabangnya seperti balaghah, nahwu, dan syair Arab. Suatu
kemampuan yang boleh dikatakan sungguh luarbiasa yang ada pada dirinya
adalah: dia sanggup menghapal nasab keturunan keluarga Arab khususnya
Arab Yaman Hadramaut beserta asal-usulnya. Oleh kerana pengetahuannya
yang luas dan tinggi, beberapa ulama kota Tarim telah berencana untuk
melantiknya menjadi kadi di kota Tarim. Akan tetapi karena merasa masih
belum sanggup, maka tawaran itu ditolaknya dengan bijaksana. Penolakan
ini rupanya tetap membekas pada perasaan Umar yang membuatnya khawatir
dan takut dicibir oleh orang-orang yang ia merasa segan untuk menolak.
Maka diapun lantas membuat keputusan untuk ke luar negeri dan berhijrah
ke Singapura pada tahun 1935.
Dia
memulai hidup di Singapura dengan bekerja sebagai pegawai di salah satu
lembaga pertanahan. Kemudian dia mencoba berdagang secara
kecil-kecilan. Tetapi, sesibuk apapun dia dengan urusannya, dia tetap
tidak mengenyampingkan perhatiannya dari masalah agama. Bila ditemuinya
ada kumpulan tadarus ilmu agama, dia selalu mengikutinya. Sekitar tahun
1967 ia pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan juga
memperdalam ilmu agama dengan tinggal di tanah suci selama 10 tahun.
Syekh Umar kembali lagi ke Singapura pada pertengahan tahun 1977. Pada
tahun 1977 itulah dia mulai aktif dalam bidang pengajaran dan dakwah
agama hingga akhir hayatnya. Banyak masyarakat Muslim di Singapura yang
mengikuti kelas bimbingannya yang diadakan hampir setiap hari dan malam.
Kelas tadarusnya itu bahkan kemudian terkenal hingga ke mancanegara dan
juga diketahui oleh para ulama luar negeri. Apabila datang seseorang
ulama dari luar negeri, maka di antara tempat yang masuk dalam daftar
'wajib kunjung' adalah majelis ilmu yang dipimpin Syekh Umar.
Ada
juga yang datang ke Singapura khusus untuk menemuinya atau mengambil
ijazah dengan menjadi muridnya. Menariknya, sekolah dan majelis yang
dibukanya itu disediakan secara gratis, alias tidak dipungut biaya.
Walaupun begitu, rezeki dan hidayah dari Allah SWT senantiasa tetap
tercurah datang kepadanya. Tidak hanya dari murid-muridnya, banyak
masyarakat umum yang mengenalnya mengajukan diri sebagai donatur. Rezeki
yang didapat, seringkali lebih dari keperluan yang dibutuhkan.
Selanjutnya dana tersebut disumbangkannya kepada keluarga miskin dan
panti asuhan. Tak hanya di Singapura, tetapi juga keluarga miskin dan
panti asuhan yang berada di negeri asalnya. Pada usia 90 tahun, Syekh
Umar berpulang. Dan meninggalnya ulama Syaikh Umar bin Abdullah bin
Ahmad Alkhatib itu sungguh merupakan kehilangan bagi masyarakat Islam
setempat dan dunia Islam umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar