At-Tabari
(bahasa Arab: الطبري, AD 838 - AD 923 / 310 H) adalah seorang sejarawan
dan pemikir muslim dari Iran, lahir di daerah Amol, Tabaristan (sebelah
selatan Laut Kaspia). Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali at-Tabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau at-Tabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Baghdad, kemudian Suriah dan juga di Mesir.
Di antara karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarikh at-Tabari. Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam menuliskan sejarah Arab dan Muslim.
Karya
lainnya yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama Tafsir
al-Tabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim
lainnya, seperti Baghawi, as-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir.
Hidup dan tumbuh di lingkungan keluarga berada membuat
al-Tabari diberikan cukup perhatian terhadap masalah pendidikan,
terutama bidang keagamaan. Bersamaan dengan perkembangan islam yang
sedang mengalami kejayaan dan kemajuannya di bidang pemikiran. Kondisi
sosial yang demikian itu secara psikologis turut berperan dalam
membentuk kepribadian al-Tabari dan menumbuhkan kecintaannya terhadap
ilmu pengetahuan. Aktivitas menghafal al-Qur’an dimulainya sejak usia 7
tahun, dan melakukan pencatatan hadis dimulai sejak usia 9 tahun.
Integritasnya tinggi dalam menuntut ilmu dan semangat untuk melakukan
ibadah, dibuktikannya dengan melakukan safari ilmiah keberbagai negara
untuk memperkaya pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.
Karir Intelektualnya
Al-Tabari
di usianya yang ketujuh telah mampu menghafalkan al-Qur’an, sehingga
memperoleh kepercayaan menjadi imam shalat pada usia 8 tahun. Karir
pendidikan diawali dari kampung halamannya, tempat yang cukup kondusif
untuk membangun struktur fundamental awal pendidikan al-Tabari. Kemudian
ayahnya mengirimnya ke Rayy, Basrah, Kufah Mesir, Syiria dalam rangka
“travelling in quest of knowledge”(al-rihlah litalab al-‘ilm) dalam
usianya yang masih belia. Namanya bertambah populer di kalangan
masyarakat karena otoritas keilmuannya.
Di
Rayy ia berguru kepada Ibn Humayd, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Humayd
al-Razi. Ia juga menimba ilmu kepada al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili,
khusus di bidang hadis.ia pernah pula pergi ke Baghdad untuk belajar
kepada Ahmad bin Hanbal (164-241 H), sesampainya disana ternyata ia
telah wafat. Kemudian beliau menuju dua kota besar selatan Baghdad,
yakni Basrah dan Kufah.
Di
Basrah ia berguru kepada Muhammad bin’Abd al-A’la al-San’ani (w. 245 H/
859 M), Muhammad bin Musa al-Harasi (w. 248 H/ 862 M) dan Abu al-‘As’as
Ahmad bin al-Miqdam (w. 253 H/ 857 M), dan Abu al-Jawza’ Ahmad bin
‘Usman (w. 246 H/ 860 M). Khusus di bidang tafsir ia berguru kepada
seorang Basrah Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az al-‘Aqadi (w.akhir
245 H/ 859-860 M), meski sebelumnya pernah banyak menyerap pengetahuan
tafsir dari seorang Kufah Hannad bin al-Sari (w. 243 H/ 857 M).
Setelah
beberapa waktu di dua kota tersebut, ia kembali ke Baghdad dan menetap
untuk waktu yang lama. Ia masih memusatkan perhatian pada qira’ah (cara
baca) dan fiqh dengan bimbingan guru, seperti Ahmad bin Yusuf
al-Sa’labi, al-Hasan ibn Muhammad al-Sabbah al-Za’farani dan Abi Sa’id
al-Astakhari. Belum puas dengan apa yang telah ia gapai, ia melanjutkan
perjalanan ke berbagai kota untuk mendapatkan ilmu, terutama pendalaman
gramatika, sastra dan qira’ah. Hamzah dan Warasy termasuk orang-orang
yang memberikan kontribusi ilmunya kepada al-Tabari. Keduanya tidak saja
dikenal di Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan Beirut.
Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir diberikan oleh salah seorang
gurunya Sufyan ibn ‘Uyainah dan Waqi’ ibn al-Jarrah, Syu’bah bin al-
Hajjaj, Yazid bin Harun dan ‘Abd ibn Hamid.
Domisili
terakhir setelah pulang dari Mesir adalah Baghdad dan sempat singgah di
Thabaristan. Sejumlah karya telah berhasil ia buat dan akhirnya ia
wafat pada hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan dengan 17 Februari 923
M dalam usia 85 tahun. Kematiannya dishalati oleh masyarakat siang dan
malam hari hingga beberapa waktu setelah kematiannya.
Sampul depan salah satu karya At-Tabari
Karya-karya Al-Tabari
Secara
pasti belum ditemukan data mengenai berapa jumlah buku yang berhasil
diproduksi dan terpublikasi. Dari catatan sejarah membuktikan bahwa
karya-karya Al-Tabari meliputi banyak bidang keilmuan, ada sebagian yang
sampai ke tangan kita. Sejumlah karya tersebut dengan klasifikasi
materialnya ialah sebagai berikut:
a. Bidang Hukum:
- Adab al-Manasik
- Al-Adar fi al-usul
- Basit (belum sempurna ditulis)
- Ikhtilaf
- Khafif
- Latif al-Qaul fi Ahkam Syara’i al-Islam dan telah diringkas dengan judul al-Khafif fi Ahkam Syara’i al Islam
- Mujaz (belum sempurna ditulis)
- Radd ‘ala Ibn ‘Abd al-Hakam (sekitar 255H)
b. Bidang Qur’an (termasuk tafsir):
- Fasl Bayan fi al-Qira’at
- Jami’ al-Bayan fi tafsir al-Qur’an (270-290 H)
- Kitab al-Qiraat
c. Hadis
- Ibarah al-Ru’ya
- Tahzib
- Fada’il
- Al-Musnad al-Mujarrad
d. Teologi
- Dalalah
- Fada’il ‘Ali bin Abi Talib
- Radd ‘ala zi al-Asfar (sebelum 270 H)
- Al-Radd ‘ala al-Harqusiyyah
- Sarih
- Tabsyir atau al-Basyir fi Ma’alim al-Din
e. Etika keagamaan:
- Adab al-Nufus al-Jayyidah wa al-Akhlaq al-Nafisah
- Fada’il dan Mujaz
- Adab al-Tanzil
f. Sejarah:
- Zayl al-Muzayyil (setelah 300 H)
- Tahzib al-Asar
- Tarikh al-Umam wa al-Muluk (294 H)
Sejumlah buku yang belum sempat terpublikasikan antara lain:
- Ahkam Syara’i Islam
- ‘Ibarat al-Ru’ya
- Al-Qiyas
Berapapun
jumlah karya al-Tabari yang ada dengan kondisi yang berbeda-beda, yang
pasti al-Tabariadalah sosok yang sangat produktif, meskipun tidak
seluruhnya bisa kita temukan, terutama bidang hukum seiring dengan
lenyapnya fiqh madzhab Jaririyah yang pernah dibangunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar