Selamat Datang di Blog Resmi **Majlisarrahman.blogspot.com ** Majelis Dzikir Ratibul Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad wa Maulidun Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam (Dzikrullah wa Dzikrurrosul SAW) Jakarta - Indonesia. Terimakasih Sudah Mengunjungi Blog Kami**

 photo oji_zpsb336d6d8.gif
Selamat Datang di Blog Resmi **Majlisarrahman.blogspot.com ** TUNJUKKAN KEPERDULIAN DAN BAKTI KITA PADA PEMBENAHAN ISLAM DENGAN TURUT MENYUMBANGKAN HARTA KITA SEBAGAI SAKSI, BANTUAN KITA ADALAH CERMIN KADAR IMAN KITA, RASULULLAH SAW BERSABDA : SETIAP HARI TURUN DUA MALAIKAT MULIA KE BUMI DAN BERDOA, WAHAI ALLAH BERI ORANG YANG BERINFAQ KESEJAHTERAAN, DAN BERI ORANG YANG KIKIR KEHANCURAN ( shahih Bukhari ). Terimakasih Sudah Mengunjungi Blog Kami**

Minggu, 23 September 2012

Pengertian Janazah

Pengertian Janazah

Kata janazah adalah nama bagi mayyit yang ada di dalam keranda (tanduan atau kurung batang). Sebagian ulama mengatakan janazah adalah nama bagi keranda yang di dalamnya ada mayyit. Sedangkan al-Janaiz merupakan kata jamak bagi al-janazah. Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy mengatakan:

الْجَنَائِزُ جَمْعُ جَنَازَةٍ بِالْفَتْحِ وَالْكَسْرِ اسْمٌ لِلْمَيِّتِ فِي النَّعْشِ وَقِيلَ بِالْفَتْحِ اسْمٌ لِذَلِكَ وَبِالْكَسْرِ اسْمٌ لِلنَّعْشِ وَهُوَ عَلَيْهِ الْمَيِّتُ وَقِيلَ عَكْسُهُ ، وَقِيلَ لُغَتَانِ فِيهِمَا ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ الْمَيِّتُ فَهُوَ سَرِيرٌ وَنَعْشٌ .

Artinya:”al-Janaiz jamak dari kata janazah dibaca dengan fathah dan kasrah, merupakan nama bagi mayyit yang berada di atas keranda. Pendapat lain mengatakan dibaca dengan janazah dengan fathah nama bagi mayyit, dibaca jinazah dengan kasrah nama keranda yang ada mayyit di dalamnya. Pendapat lain mengatakan sebaliknya. Pendapat lain mengatakan kata janazah dan jinazah digunakan buat arti keduanya. Apabila tidak ada mayyit di dalamnya maka disebut keranda atau kurung batang.”[1]

Imam Muhyiddin Nawawi al-Dimasyqiy menuqilkan pendapat pengarang kitab al-Mathali’ yang meriwayatkan dari Imam Ibn Faris dimana beliau mengatakan: kata al-Janaiz bentuk jamak dari masdar (invinitive) lafaz al-Janazah, terambil dari kata kerja Janaza, Yajnizu, Janzan dan Janazatan yang memiliki arti menutup.[2]

Syaikh Muhammad Ibn Ahmad Batthal al-Rakbiy mengatakan:

قَالَ الْجَوْهَرِيُّ : الْجَنَازَةُ وَاحِدَةُ الْجَنَائِزِ، وَالْعَامَّةُ تَقُوْلُ: الْجَنَازَةُ بِالْفَتْحِ، وَالْمَعْنَى: الْمَيِّتُ عَلَى السَّرِيْرِ، فَإِذَا لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ مَيِّتٌ فَهُوَ سَرِيْرٌ وَنَعْشٌ. قَالَ اْلأَزْهَرِيُّ: يُقَالُ لِلسَّرِيْرِ إِذَا جُعِلَ فِيْهِ الْمَيِّتُ ، وَسُوِّيَ لِلدَّفْنِ جِنَازَةٌ بِكَسْرِ الْجِيْمِ. وَأَمَّا الْجَنَازَةُ بِفَتْحِ الْجِيْمِ، فَالْمَيِّتُ نَفْسُهُ.
Artinya:”al-Jauhari berkata: Janazah bentuk tunggal dari kata janaiz. Kebanyakan orang menyebutnya dengan fathah huruf jim artinya mayyit yang ada di dalam keranda. Jika mayyit tidak ada di dalamnya, maka disebut  keranda atau kurung batang. al-Azhariy berkata: disebut keranda apabila dijadikan buat mayyit dan disempurnakan untuk penguburannya disebut jinazah dengan kasrah jim. Adapun dibaca janazah dengan fathah jim adalah nama bagi mayyit itu sendiri.”[3]
Syaikh Muhammad Mahfuz Ibn Abdullah al-Termasiy mengatakan” al-Janaiz jamak dari kata al-Janazah yang dibaca dengan fathah maupun kata al-Jinazah yang dibaca dengan kasrah. Wazan (timbangannya) seperti lafaz Sahabah (awan) jamaknya adalah Sahaib dan Risalah (tulisan) jamaknya adalah Rasail. Imam Ibn Malik berkata dalam al-Fiyyah:

وَبِفَعَائِلَ اجْمَعْنَ فَعَالَهْ * وَشِبْهَهُ ذَا تَاءٍ أوْ مُزَالَهْ

Artinya:”Dengan Fa’ail jama’kanlah olehmu wazan kata Fa’alah dan yang serupa dengannya baik yang mempunyai Ta’ ataupun tidak.”
Sebagian ulama mengatakan:

وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِمْ الْأَعْلَى لِلْأَعْلَى وَالْأَسْفَلُ لِلْأَسْفَلِ أَيْ الْجِنَازَةُ بِالْحَرَكَةِ الْعُلْيَا وَهِيَ الْفَتْحَةُ لِلْأَعْلَى وَهُوَ الْمَيِّتُ فِي النَّعْشِ وَالْجِنَازَةُ بِالْكَسْرَةِ السُّفْلَى لِلنَّعْشِ وَعَلَيْهِ الْمَيِّتُ وَهُوَ أَسْفَلُ .
Artinya:”Makna perkataan ulama menyebutkan atas untuk atas, bawah untuk bawah artinya dibaca dengan syakal di atas janazah memiliki arti mayyit yang ada di atas keranda dan dibaca dengan syakal di bawah memiliki arti keranda yang berada di bawah mayyit.”[4]
Disebutkan bahwa kurung batang itu setiap hari memanggil dengan lisan halnya dengan ucapan:

أُنْظُرْ إِلَيَّ بِعَقْلِكَ أَنَا الْمُهَيَّأُ لِنَقْلِلكَ
أَنَا سَرِيْرُ الْمَنَايَا * كَمْ سَارَ مِثْلِى بِِمِثْلِكَ

Artinya:”Renungkanlah aku dengan akalmu. Aku disediakan untuk memindahkanmu. Aku adalah ranjang kematian. Berapa banyak kurung batang seperti aku membawa orang seperti kamu.”[5]
Dikutip dari risalah:
الفَـوَائِدُ الْمُمْتَازَة
فِي بَيَانِ أَحْــكَامِ صَـلاَةِ الْجَنَازَة
جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي
Jl. Tipar Cakung Rt.05/08 No:5
Kelurahan Cakung Barat Jakarta Timur


[1] Imam Muhammad al-Ramliy, Nihayah al-Muhtaj Syarh al-Minhaj vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr 2004) h. 432.
[2] Imam Nawawiy al-Dimasyqiy, Tahrir alFaz al-Tanbih (Dimasyq: Dar al-Qalam 1998) h. 94.
[3] Syaikh Muhammad Batthal, al-Nazhm al-Musta’dzab Fi Syarh Gharib al-Muhadzzab vol. 1 (Beirut: Dar al-Fikr) h. 125-126.
[4] Imam Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal Ala Fath al-Wahhab vol. 2 (beirut: Dar al-Fikr 1994) h. 132; Syaikh Muhammad Mahfuz al-Termasiy, Mauhabah Dzi al-Fadl Ala Syarh Ba Fadhl vol. 3 (Kairo: Mathbaah al-Amirah 1986) h. 377-378.
[5] Syaikh Abdullah al-Syarqawiy, Hasyiyah Ala Tuhfah al-Thullab Syarh Tahrir vol. 1 (Beirut: Dar al-Fikr 1994) 334.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar