اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى عَيْنِ الرَّحْمَةِ الرَّبَّانِيَّةِ وَالْيَاقُوْتَةِ
الْمُتَحَقِّقَةِ الْحَائِطَةِ بِمَرْكَزِ الْفُهُوْمِ وَالْمَعَانِيّ،
وَنُوْرِ اْلأَكْوَانِ الْمُتَكَوِّنَةِ اْلأدَمِيِّ صَاحِبِ الْحَقِّ
اْلرَّبَّانِيّ، اَلْبَرْقِ اْلأَسْطَعِ بِمُزُوْنِ اْلأَرْبَاحِ
الْمَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَعَرِّضٍ مِنَ اْلبُحُوْرِ وَاْلأَوَانِي،
وَنُوْرِكَ اللاَّمِعِ الَّذِيْ مَلأْتَ بِهِ كَوْنَكَ الْحَائِطَ
بِأَمْكِنَةِ الْمَكَانِي، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى عَيْنِ
الْحَقِّ الَّتِى تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوْشُ الْحَقَائِقِ عَيْنِ
الْمَعَارْفِ اْلأَقْـوَمِ صِرَاطِكَ التَّآمِّ اْلأَسْقَمِ، اللّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى طَلْعَةِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ اْلكَنْزِ اْلأَعْظَمِ
إِفَاضَتِكَ مِنْكَ اِلَيْكَ إِحَاطَةِ النُّوْرِ الْمُطَلْسَمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ صَلاَةً تُعَرِّفُنَا بِهَا إِيَّاهُ .
Artinya:“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan-Mu kepada Nabi Muhammad. Ia adalah haqiqat rahmat sifat-sifat Tuhan, ia bagaikan mutiara yang yang mengetahui semua nama-nama (asma) dan sifat-sifat Allah, ia yang menjadi pusat pengetahuan yang mencakup seluruh pengetahuan yang diberikan kepada makhluk, ia yang menjadi penerang (cahaya) segala sesuatu yang ada termasuk manusia, ia yang membawa (mempunyai) agama Allah, ia adalah al-Haqiqat al-Muhammadiyyah (Hakikat Muhammad) yang bagaikan kilat bahkan lebih dari kilat yang dibuktikan dengan mengalir dan berlimpah rahmat Tuhan kepada setiap orang yang menghadap-Nya. seperti halnya para nabi dan para wali, ia yang menjadi cahaya Tuhan yang menerangi seluruh makhluk di setiap tempat. Ya Allah ! limpahkanlah rahmat dan keselamatan-Mu kepada Nabi Muhammad yang menjadi ‘ain al-Haqq (wujud keadilan, pemilik kebenaran)., telah tampak dari padanya seluruh Hakikat keadilan yang seperti ‘arsy sebagi sumber seluruh ilmu, yaitu ilmu Engkau yang terdahulu, jalan Engkau yang sempurna dan lurus. Ya Allah! limpahkanlah rahmat dan keselamtan-Mu kepada Nabi Muhammad yang merupakan mazhar (manifestasi) dan tajalli, ia yang menjadi gudang (tempat penyimpanan) ilmu dan rahmat-Mu Yang Maha Besar, ia tempat datangnya kasih-Mu, ia yang meliputi seluruh cahaya yang tersimpan. Semoga Allah memberikan rahmat kepadanya dan kepada keluarganya, yang dengan sebab rahmat tersebut kami bisa mengetahui haqiqat.”
Shalawat Jauharatul Kamal adalah salah satu shalawat yang menjadi Wazhifah (tugas rutin) dalam Thariqah Tijaniyyah selain shalawat al-Fatih yang dibaca secara berjamaah ataupun dalam keadaan sendiri. Redaksi shalawat Jauharatul Kamal diajarkan langsung oleh Sayyidul Wujud Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Sayyidi Syaikh al-Imam Ahmad Ibn Muhammad At-Tijany (1150-1230 H, 1737-1815 M) dalam keadaan sadar/jaga (bukan mimpi). Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyidi Syaikh al-Imam Muhammad al-Arabiy al-Tijaniy:
جَوْهَرَةُ الْكَمَالِ مِنْ إِمْــلاَءِ
اِمَـامِ اْلاِرْسَـالِ وَاْلأَنْبِيَاءِ
عَلَى حَبِيْبِهِ الْوَلِـيِّ الْعَالِـمِ
قُطْبِ الْوَرَى أَحْمَـدَ نَجْلِ سَالِـمِ
Artinya:”Shalawat Jauharatul Kamal berasal dari ucapan Nabi
Muhammad yang merupakan pemimpin para Rasul dan Nabi. Yang disampaikan
kepada kekasihnya seorang wali yang A’lim, manusia terkemuka yaitu
Syaikh al-Imam Ahmad al-Tijaniy merupakan keturunan syaikh Ibn Salim.”[1]Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul wahid al-Susiy al-Nazhifiy berkata:
وَمَنْ تَوَهَّمَ أَنَّهُ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِنْقَطَـعُ جَمِيْعُ مَدَدِهِ عَلَى أُمَّتِهِ
بِمَوْتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَسَائِرِ اْلأَمْوَاتِ ،
فَقَدْ جَهِلَ رُتْبَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَسَاءَ اْلأَدَبَ مَعَهُ وَيُخْشَى عَلَيْهِ أَنْ يَمُوْتَ كَافِراً ،
إِنْ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَذَا اْلاِعْتِقَادِ .
Artinya:” Siapa saja yang meragukan Rasulullah dengan mengatakan
bahwa bantuan Rasulullah telah terputus kepada ummatnya dengan sebab
wafatnya beliau sama seperti halnya mayyit yang lain, maka sungguh ia
tidak mengenal sama sekali akan kedudukan Rasulullah dan ia telah
melakukan adab yang buruk kepada Rasulullah, dikhawatirkan ia mati dalam
keadaan kafir jika ia tidak bertaubat dari keyakinan seperti itu.”[2]Redaksi Shalawat Jauharatul Kamal, tampaknya lebih menjelaskan atau menafsirkan kalimat yang terdapat dalam shalawat al-Fatih yakni pada kalimat ( اَلْفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ ) Misalnya, shalawat tersebut mengungkapkan sifat-sifat Nabi Muhammad, sebagai Hakikat rahmat dari sifat-sifat Tuhan, yang merupakan pusat pengetahuan. Kemudian dikatakan bahwa Nabi Muhammad, sebagai al-Haqiqat al-Muhammadiyyah yang memiliki sifat yang dipuji, yang mengalir dan menyinari keseluruh alam. Selanjutnya dikatakan bahwa Nabi Muhammad, sebagai wujud yang paling sempurna.
Makna al-Fatih li ma Ughliqa pada intinya adalah :
1) Nabi Muhammad adalah sebagai pembuka belenggu ketertutupan segala yang maujud (ada) di alam.
2) Nabi muhammad sebagai pembuka keterbelengguan al-Rahmah al-Ilahiyyah (kasih saying Tuhan) bagi para makhluk di alam.
3) Hadirnya Nabi Muhammad menjadi pembuka hati yang terbelenggu oleh Syirik.
Sedangkan makna al-Khatimi li ma Sabaq pada intinya adalah :
1) Nabi Muhammad sebagai penutup kenabian dan kerasulan.
2) Nabi Muhammad menjadi kunci kenabian dan kerasulan.
3) tidak ada harapan kenabian dan kerasulan lagi bagi yang lainnya.
Pemikiran-pemikiran (faham) tasawuf Syaikh Ahmad al-Tijani terkandung dalam penafsirannya tentang makna al-Fatih Lima Ughliq dan al-Khatim Lima Sabaq. Syaikh Ahmad al-Tijani mengatakan bahwa al-Fatih li ma Ughliq mempunyai makna bahwa Nabi Muhammad merupakan pembuka segala ketertutupan al-Maujud (yang ada di alam). Alam pada mulanya terkunci (mughallaq) oleh ketertutupan batin (hujubaniyat al-Buthun). Wujud Nabi Muhammad menjadi “sebab” atas terbukanya seluruh belenggu ketertutupan alam dan menjadi “sebab” atas terwujudnya alam dari “tiada” menjadi “ada”. Karena wujud Nabi Muhammad alam keluar dari “tiada” menjadi “ada”, dari ketertutupan sifat-sifat batin menuju terbukanya eksistensi diri alam (nafs al-Akwan) di alam nyata (lahir). Jika tanpa wujud Nabi Muhammad, Allah tidak akan menciptakan segala sesuatu yang wujud, tidak mengeluarkan alam ini dari “tiada” menjadi “ada”. Imam Muhammad Ibn Said al-Bushiriy mengatakan dalam al-Burdah:
وَكَيْفَ تَدْعُوْ إِلَى الدُّنْيَا ضَرُوْرَةُ مَنْ
لَوْلاَهُ لَمْ تَخْرُجِ الدُّنْيَا مِنَ الْعَـدَمِ
Artinya:” Bagaimana mungkin kesusahan beliau dapat menyeru kepada dunia, padahal kalau bukan karena beliau dunia ini tidak tercipta.”Ungkapan sifat-sifat Nabi Muhammad di atas, menunjukan bahwa Syaikh Ahmad al-Tijaniy merumuskan maqam Nabi Muhammad sebagaimana telah dikemukakan para sufi terdahulu, terutama dalam mensifati pemahaman mereka terhadap haqiqat (Hakikat) Nabi Muhammad, tidak dapat dibantah bahwa ia sependapat, bahkan ia menjelaskan konsep dasar tersebut.
Hal ini, menunjukan bahwa dari aspek pemikiran, Syaikh Ahmad al-Tijaniy menganut tasawuf falsafi sedangkan konsep-konsep dasar tasawufnya: Nur Muhammad, Ruh Muhammad, al-Haqiqat al-Muhammadiyyah. Dengan demikian, bahwa corak (paham) tasawuf yang digunakan oleh Syaikh Ahmad al-Tijaniy adalah corak (paham) tasawuf yang dikembangkan oleh Imam ‘Abdul Karim al-Jiliy dengan konsep dasar al-Insan al-Kamil, yang berasal dari Imam Ibn Arabiy dengan konsep Haqiqat al-Muhammadiyah. Terlepas apakah Syekh Ahmad al-Tijani terpengaruh oleh pemikiran filosofis Abd. Karim al-Jili yang berasal dari Ibn. ‘Arabi atau tidak, corak pemikiran tasawuf demikian dikembangkan oleh dua sufi tersebut. Pemikiran Syaikh Ahmad al-Tijaniy “mengawinkan”, menyatukan kembali dua corak {faham} tasawuf yakni tasawuf amali dan tasawuf falsafi yang telah “bercerai” sejak abad ketiga Hijriyah sehingga masing-masing mempunyai metodologi tersendiri.
Inilah yang dimaksud bahwa Thariqat Tijani merupakan thariqat yang terakhir dan seluruh thariqat akan masuk kedalam lingkup ajarannya, dalam arti seluruh amalan sufi {wali} dan seluruh corak pemikiran para sufi terakomodir dalan ajaran thariqat yang dikembangkannya, hal ini bisa dimengerti karena cahaya maqam wali khatm merupakan sumber seluruh cahaya kewalian. Sebagai perbandingan seluruh syari’at para nabi terakomodir kedalam syari’at Nabi Muhammad, karena syari’at para nabi bersumber dari cahaya Khatm an-Nabiyyin (penutup para nabi).
Keutamaan Shalawat Jauharatul Kamal
Diantara keutamaan membaca shalawat Jauharatul Kamal yang disebutkan
langsung oleh Rasulullah kepada Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Tijaniy
sebagai berikut :
أَنَّ الْمَرَّةَ الْوَاحِدَةَ تَعْدِلُ تَسْبِيْحَ الْعَالَمِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Artinya:” Membaca shalawat Jauharatul Kamal sekali, pahalanya menyamai tiga kali lipat tasbihnya alam.”
أَنَّ مَنْ قَرَأَهَا سَبْعَ مَرَّاتٍ فَأَكْثَرَ
يَحْضُرَهُ رُوْحُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالْخُلَفَاءِ اْلأَرْبَعَةِ مَا دَامَ يَذْكُرُهَا
Artinya:” Siapa yang membacanya 7 kali atau lebih, maka akan
didatangi Ruh Nabi Muhammad dan 4 khulafaur Rasyidin selama ia dalam
keadaan membaca shalawat itu.”
أَنَّ مَنْ لاَزَمَهَا أَزْيَدَ مِنْ سَبْعِ
مَرَّاتٍ يُحِبُّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَحَبَّةً
خَاصَّةً وَلاَ يَمُوْتُ حَتَّى يَكُوْنَ مِنَ اْلأَوْلِيَاءِ
Artinya:” Siapa saja yang melazimi membacanya lebih dari 7 kali,
maka ia akan sangat dicintai oleh Rasulullah sebenar-benar cinta khusus
dan ia tidak akan meninggal dunia sehingga menjadi salah satu dari para
kekasih Allah.”[1]Adapun keutamaan shalawat Jauharatul Kamal yang disebutkan oleh Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Tijaniy adalah:
مَنْ دَاوَمَ عَلَيْهَا سَبْعًا عِنْدَ النَّوْمِ
عَلَى طَهَارَةٍ كَامِلَةٍ وَفِرَاشٍ طَاهِرٍ يَرَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya:” Siapa saja yang konsisten membacanya 7 kali menjelang
tidurnya dalam keadaan bersuci yang sempurna dan di tempat tidur yang
suci (tidak ada najis), maka ia akan melihat Nabi Muhammad.”[2]
قَالَ الشَّيْخُ أَحْمَدُ التِّجَانِي رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَعْطَانِي رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةً
تُسَمَّى بِجَوْهَرَةِ الْكَمَالِ مَنْ ذَكَرَهَا اثْنَتَيْ عَشْرَةَ
مَرَّةً وَقَالَ : هَذِهِ هَدِيَّةٌ مِنِّي اِلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ,
فَكَأَنَّمَا زَارَهُ فِي رَوْضَتِهِ الشَّرِيْفَةِ, وَكَأَنَّمَا زَارَ
أَوْلِيَاءَ اللهِ تَعَالَى وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ أَوَّلِ الْوُجُوْدِ
اِلَى وَقْتِهِ وَفِي رِوَايَةٍ اِلَى اْلأَبَـدِ
Artinya:” Syaikh Ahmad al-Tijaniy berkata: Rasulullah memberikan
kepadaku redaksi shalawat yang dinamai Jauharatul kamal, siapa saja yang
telah membacanya sebanyak 12 kali dan berkata: Shalawat ini aku
hadiahkan kepada engkau Ya rasulullah. Maka seakan-akan ia menziarahi
Rasulullah di Raudhahnya yang mulia dan seolah-olah ia telah menziarahi
para wali Allah besera menziarahi orang-orang shalih dari sejak zaman
Nabi Adam sampai waktu ia membacanya bahkan riwayat lain menyebutkan
sampai dunia musnah.”Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul wahid al-Susiy al-Nazhifiy mengumpulkan keutamaan shalawat Jauharatul kamal dalam Nazham al-Durratul Kharidah:
بِسَابِعَةٍ مِنْهَا حُضُوْرُ نَبِيِّنَا
مَعَ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَقُدْوَتِي
Dengan membaca 7 kali Jauharatul kamal, akan hadir Nabi Muhammad beserta para Khulafaur Rasyidin dan Syekh Ahmad al-Tijaniy.
وَلَوْ دُمْتَ ذِكْرَهَا دُهُوْرًا طَوِيْلَةً
لَمَا فَارَقُوْكَ بِالذَّوَاتِ الْكَرِيْمَةِ
Seandainya engkau konsisten membacanya sampai masa yang lama,
maka mereka semua tidak akan meninggalkan engkau dengan zat mereka yang
mulia.
وَتَغْيِيْرُ جِلْسَةٍ بِهَا لِلتَّأَدُّبِ
جَرَى عَمَلٌ بِهِ لَدَا جُلِّ اِخْوَتِي
Mengubah posisi duduk kepada duduk yang lebih bagus lantaran
menjalankan adab (atas kehadiran Nabi beserta para khalifah dan syaikh
Ahmad al-Tijaniy). Adab seperti itu menjadi kebiasaan di sisi pembesar
saudaraku (pengikut Tijaniyyah).
وَمَنْ دَامَ عِنْدَ النَّوْمِ سَبْعًا يَرَى النَّبِيّ
بِشَرْطِ الْوُضُوْءِ مَعْ طَهَارَةِ بُقْعَةِ
Siapa saja yang selalu membacanya ketika hendak tidur sebanyak 7
kali, maka ia akan melihat Nabi Muhammad, dengan syarat ia memiliki
wudhu dan tempat tidurnya suci (tidak ada najis).
وَتَالٍ لَهَا اثْنَتَيْنِ مَعْ عَشْرَةٍ كَأَنَّ
مَا زَارَ أَحْمَدَ النَّبِيَّ بِرَوْضَةِ
Yang membacanya sebanyak 12 kali seakan-akan ia telah menziarahi Nabi Muhammad di Raudhah.
وَكُلِّ نَبِيٍّ مَعْ وَلِيٍّ مِنْ أَدَمَا
اِلَى وَقْتِ ذِكْرِهَا بِإِذْنِ الْوَسِيْلَةِ
Seolah-olah ia juga telah menziarahi seluruh Nabi dan para wali
dari sejak zaman Nabi Adam sampai ketika ia membaca shalawat tersebut
dengan catatan bahwa ia telah mendapat izin dari Syaikh Ahmad al-Tijaniy
dan pengikutnya.
وَبَعْدَ الْفَرَاغِ قُلْ بِقَلْبِ مَذَلَّةٍ
اِلَيْكَ رَسُوْلَ اللهِ هَذِى هَدِيَّتِي
Setelah selesai membaca jauharatul kamal maka katakanlah olehmu
dengan hati yang penuh ketundukan dan khusyu’: “Aku hadiahkan shalawat
ini kepada engkau Ya Rasulullah.
وَخَمْسًا وَسِتِّيْنَ اتْلُهَا عِنْدَ شِدَّةِ
وَلِلْخَيْرِ مَرَّةً بُعَيْدَ الْفَرِيْضَةِ
Bacalah jauharatul kamal sebanyak 65 kali ketika terjadi
kesulitan dan kepelikan dan bacalah satu kali setiap selesai mengerjakan
shalat fardhu untuk mendapatkan segala kebaikan.[3]
Dikutip dari risalah:
مَوْهَبَةُ ذِيْ الْجَــلاَل
لِمَنْ قَرَأَ جَوْهَـرَةَ الْكَمَال
جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي
الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي
غفر الله له ولوالديه عن المساوي
آمين
[1] Syaikh Ali Harazim al-Maghribiy, Jawahir al-Ma`ani Wa Bulugh al-Amaniy Fi Faidh Sayyidi Abi al_Abbas al-Tijaniy vol. 2 h. 260.
[2] Syaikh Ali Harazim al-Maghribiy, Jawahir al-Ma`ani Wa Bulugh al-Amaniy Fi Faidh Sayyidi Abi al_Abbas al-Tijaniy vol. 2 h. 260.
[3] Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul wahid al-Susiy al-Nazhifiy, al-Durrah al-Kharidah Syarh al-Yaqutah al-Faridah vol. 4 h. 66-67.
[1] Syaikh Muhammad al-Arabiy Ibn al-Saih al-Tijaniy, Bughyah al-Mustafid Syarh Munyah al-Murid h. 377.
[2] Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul wahid al-Susiy al-Nazhifiy, al-Durrah al-Kharidah Syarh al-Yaqutah al-Faridah vol. 4 h. 203.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar