Shafiyah
binti Abu ‘Ubaid dikenal sebagai perempuan Madinah yang shalihah dan
perawi hadits yang dapat dipercaya. Dia meriwayatkan hadits-hadits yang
antara lain berasal dari tiga istri Rasulullah saw, yaitu Aisyah ra,
Hafshah ra, dan Ummu Salamah ra. Ada pula hadits-hadits yang
diriwayatkan Shafiyah dari mertuanya sendiri, Umar bin Khathab ra.
Hadits yang diriwayatkan oleh Shafiyah dimasukkan ke dalam kitab hadits,
antara lain oleh Imam Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i.
Ayah Shafiyah, Abu ‘Ubaid, telah
dipercaya Khalifah Umar bin Khattab memimpin pasukan kaum Muslimin
menaklukkan Persia. Dalam suatu pertempuran besar, Abu ‘Ubaid syahid
bersama 4000 pasukannya di atas jembatan di atas Sungai Tigris.
Pernikahan Shafiyah dengan Ibnu Umar
terjadi sekitar tahun 16 H. Ibnu Umar mengatakan bahwa ayahnya telah
memberikan kepadanya 400 dirham sebagai mahar, namun kemudian Ibnu Umar
menambahi lagi 200 dirham tanpa sepengetahuan ayahnya. Setelah menikah,
Shafiyah mengikuti suaminya tinggal di Mekah.
Selain membesarkan dan mendidik tujuh
orang anaknya dari perkawinannya dengan Ibnu Umar, Shafiyah adalah istri
yang sangat memahami dan mendukung suaminya. Ketaatan, keshalihan dan
kedermawanan Ibnu Umar sudah mengemuka. Di situlah Shafiyah mengambil
posisinya yang sangat mulia sebagai pendamping sang imam.
Suatu kali, Ibnu Umar sakit dan ingin
makan anggur. Segera Shafiyah menyuruh pembantunya untuk membeli anggur.
Namun, baru saja dia sampai di rumah, seorang pengemis berdiri di depan
rumah. Karena kedermawanannya, Ibnu Umar menyuruh untuk memberikan
anggur itu pada pengemis. Kemudian Shafiyah menyuruh lagi pembantunya
untuk membeli anggur. Namun, sesampainya di rumah, pengemis yang sama
sudah menunggu lagi. Ibnu Umar kembali memberikan anggur tersebut
kepadanya. Kejadian ini berulang hingga tiga atau empat kali.
Shafiyah lalu menyuruh pembantunya untuk
memberitahukan kepada si pengemis bahwa kalau ia melakukan lagi hal
yang sama – yaitu meminta anggur untuk Ibnu Umar – maka untuk
selanjutnya ia tak akan mendapatkannya lagi. Barulah setelah itu Ibnu
Umar dapat makan anggur.
Ibnu Umar juga punya kebiasaan untuk
selalu makan bersama anak yatim atau fakir miskin. Setiap kali Shafiyah
memasak, itu berarti ia tak hanya memasak untuk suami dan keluarganya
saja, tapi juga untuk anak yatim dan fakir miskin.
Karena pemahaman dan dukungan yang tulus
akan prinsip hidup yang dipegang suaminya, tak heran bila Shafiyah
mendapat cinta dan perhatian Ibnu Umar yang tak pernah surut. Suatu
kali, ketika dalam perjalanan, Ibnu Umar mendengar kabar bahwa Shafiyah
sakit. Karena khawatir, ia bergegas pulang ke Mekah dan menjamak shalat
Maghrib dan Isya, yaitu dengan mengakhirkan shalat Maghrib 3 raka’at,
lalu Isya 2 raka’at, sebagaimana pernah dicontohkan Rasulullah.
Tentang Shafiyah, Ibnu Katsir menyatakan
bahwa dia adalah perempuan shalihah dan ahli ibadah. Ibnu Umar pun
selalu memuliakan dan mencintai Shafiyah.
Setelah Ibnu Umar wafat pada tahun 73 H,
Shafiyah tidak menikah lagi. Tak ada catatan kapan pastinya Muslimah
penyayang ini meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar