Penyebar Islam Dalam Suku Dayak
STRATEGI dakwah Syekh Arsyad Al-Banjari menggunakan sistem
sosial di masyarakat seperti perkawinan dan kaderisasi yang membuat
tersebar para ulama keturunan Datu Kalampaian ke seluruh penjuru negeri.
Salah satu ulama keturunan Datu Kalampaian
Syekh H Muhammad Abdusamad bin Al-Mufti H Jamaludin bin Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari. Cucu Datu Kalampaian ini lebih banyak berjuang
menyebarkan Islam di pesisir Sungai Barito.
H Muhammad Abdussamad, lahir 24 Zulkaidah 1237 hijriah atau 1822
masehi dari seorang ibu bernama Samayah binti Sumandi di Kampung
bakumpai atau Kampung Tengah Marabahan.
‘Buah jatuh tak jauh dari pohonnya’, begitu kira-kira pribahasa yang
pantas bagi keturunan Syekh Arsyad Al-Banjari seperti Syakh Muhammad
Abdussamad. Riwayat hidupnya pun hampir sama dengan kehidupan syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjari seperti menuntut ilmu ke Mekkah.
Menginjak dewasa, Syekh Muhammad Abdusamad belajar ilmu agama dengan
ayah yang juga terkenal sebagai sebagai ulama dan beberapa temannya di
Martapura. Karena dianggap cukup mempelajari ilmu agama, Abdusasamad
dipulangkan ke Bakumpai (Marabahan) untuk menyebarkan ilmu agama kepada
masyarakat.
Tak lama setelah kembali ke kampung halaman, Muhammad Abdusamad kawin
dengan seorang wanita bernama Siti Adawiyah binti Buris. Dari hasil
perkawinan, dikarunia empat anak yaitu Zainal Abidin, Abdul Razak, Abu
Thalhah dan Siti Aisyah.
Seperti juga kekeknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syekh
Muhammad Abdusamad haus akan ilmu agama. Karenanya selain mengajar ilmu
agama, Muhammad Abdusamad berniaga untuk mengumulkan uang agar dapat
menuntut ilmu ke Mekkah disertai anaknya Abdul Razak.
Syekh Abdulsamad belajar dan menimba ilmu, baik syariat maupun
hakikat seperti dengan guru Allamah Syekh Khatib Sambas. Dalam ilmu
hakekat, Muhammad Abdusamad belajar dengan Allamah Syekh Sulaiman
Al-Zuhdi An-Naqsyabandy dan belajar dengan Allamah Syekh Sulaiman bin
Muhammad Sumbawa.
Syekh Muhammad Abdusamad bermukim di Mekkah hanya sekitar delapan
tahun, karena guru-gurunya menyuruh untuk kembali ke kampung halaman
guna menyebarkan agama. Sebelum pulang, Syekh Muhammad Abdusamad sempat
diuji keponakan yang terlebih dulu menimba ilmu di Mekkah H Jamaludin
bin H Abdula Hamid Qusyasyi.
Karena ketinggian ilmu tarekatnya, Syekh Muhammad Abdusamad sempat
hilang saat shalat. Atas ketinggian ilmu tarekatnya itu, keponakannya
yang tadinya melarang untuk pulang ke kampung halaman, akhir
mempersilakannya.
Sekembali di kampung halaman, Syekh Muhammad Abdusamad mulai membuka
pengajian dan ramai dikunjungi para penuntut ilmu dari berbagai daerah.
Untuk menampung para penuntut ilmu, Syekh Muhammad Abdusamad membangun
sebuah langgar di depan rumah dan membangun balai yang saat ini menjadi
kubah almarhum di marabahan.
Dalam kegiatan dakwahnya, Syekh Muhammad Abdusamad selalu melalukan
perjalanan ke pesisir Sungai Barito sampai ke udik-udik anak sungai
untuk mendakwahkan Islam. Tak heran, banyak suku Dayak pedalaman yang
memeluk agama Islam. Genap berusia 80 tahun, Syekh Muhammad Abdusamad
meninggal dunia tepat 13 Safar 1317 H.
Atas jasa menyebarkan Islam, Pemkab Barito Kuala (Batola) bersama
para ulama yang datang dari penjuru kota melakukan haulan setiap tahun.
Haulan yang ke 106 dilaksanakan, 28 April 2002 kemarin bersamaan
dengan peringatan hari kelahiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang
ke 302 dihadiri ulama dan Bupati Batola Bardiansyah Mudjidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar